Sejarah Mimbar Rasulullah dan Perannya dalam Dakwah Islam
Pernah nggak sih kamu bertanya-tanya, kenapa di setiap masjid selalu ada mimbar? Tempat tinggi yang biasanya jadi lokasi khatib menyampaikan khutbah Jumat ini ternyata punya sejarah panjang yang berawal langsung dari Rasulullah SAW. Dan ya, mimbar pertama dalam sejarah Islam ada di Masjid Nabawi, Madinah.
Yuk, kita bahas kisah menarik tentang mimbar Rasulullah yang tidak hanya menjadi simbol khutbah, tapi juga saksi perjalanan dakwah Islam!
Awal Mula Mimbar Pertama
Di masa awal Islam, Rasulullah SAW biasa menyampaikan khutbah dengan berdiri, kadang bersandar pada batang kurma di Masjid Nabawi. Tapi semakin banyak jamaah yang datang, semakin sulit bagi mereka yang di belakang untuk melihat dan mendengar Rasul dengan jelas.
Melihat kondisi itu, ada seorang sahabat bernama Tamim ad-Dari (menurut beberapa riwayat, juga dikaitkan dengan Aslam, seorang budak yang dimerdekakan) yang mengusulkan untuk membuatkan mimbar kecil dari kayu. Rasulullah setuju, dan dibuatlah mimbar sederhana berkaki tiga.
Sejak saat itu, Rasulullah pun mulai menyampaikan khutbah dari atas mimbar. Tinggi mimbar itu hanya beberapa langkah, cukup agar beliau lebih terlihat oleh jamaahnya.
Tangisan Batang Kurma
Salah satu kisah paling menyentuh dari sejarah mimbar ini adalah saat Rasulullah SAW mulai menggunakan mimbar tersebut. Batang kurma tempat beliau biasa bersandar sebelumnya… menangis! Ya, secara ajaib, batang kurma itu mengeluarkan suara rintihan yang terdengar oleh para sahabat.
Rasulullah pun turun dari mimbar, memeluk batang kurma itu hingga tangisannya mereda. Subhanallah! Begitu cintanya makhluk kepada Nabi yang mulia.
Peran Mimbar dalam Dakwah
Bukan hanya tempat menyampaikan khutbah, mimbar Rasulullah juga menjadi pusat pengajaran, pengambilan keputusan, dan penyampaian wahyu. Di sanalah beliau menyampaikan pesan-pesan penting kepada umatnya, membimbing mereka dalam hal ibadah, akhlak, hingga urusan sosial dan politik.
Mimbar juga menjadi simbol kedekatan antara pemimpin dan umatnya. Rasul tidak hanya berbicara dari atas, tapi juga menjawab pertanyaan, menerima masukan, bahkan menyelesaikan perselisihan.
Warisan Hingga Kini
Setelah Rasulullah wafat, mimbar tersebut masih digunakan oleh para khalifah seperti Abu Bakar, Umar, dan seterusnya, meskipun mengalami beberapa perubahan bentuk dan tambahan ornamen di masa kekhalifahan Utsmaniyah.
Namun lokasi mimbar aslinya masih ada hingga hari ini di Masjid Nabawi—menjadi bagian dari area Raudhah yang sangat dicintai umat Islam.
Penutup: Waktunya Melihat Langsung!
Mimbar Rasulullah bukan sekadar potongan kayu bersejarah. Ia adalah saksi bisu perjuangan, ilmu, dan cinta seorang nabi kepada umatnya. Kebayang nggak, duduk di dekat mimbar itu sambil mengirimkan salam kepada Nabi?
Kalau kamu ingin merasakan langsung atmosfer spiritual di Masjid Nabawi, ini saatnya wujudkan impian umrahmu!
👉 Klik umroh-jannahfirdaus.com dan bergabunglah bersama Jannah Firdaus, sahabat setia perjalanan ibadahmu!
4o